“Jika anda ingin beribadah sebanyak-banyaknya datanglah ke Mekkah. Jika anda ingin ilmu sebanyak-banyaknya datanglah ke Mesir. Jika anda ingin pendidikan sebanyak-banyaknya datanglah ke Gontor,”

Santri Gontor Ujub???

Advertisement
Advertisement


Mungkin benar ada “ilmu yahanu” di Gontor yang menurut saya berkonotasi baik yaitu lebih ke percaya diri. Namun terkadang orang lain melihatnya overconfident. Tapi memang seperti itulah Gontor,  santri dibuat supaya percaya diri. Gontor mengundang Gubernur , mengundang Menteri, hingga mengundang Presiden, meresmikan bangunan ini, meresmikan gedung itu supaya lembaga ini `diperhatikan´ dan kedatangan beliau-beliau ini membanggakan dan membesarkan hati para santri, supaya santri tidak “minder peradaban” (kemaren kan ada yang bilang begitu). 





Setelah saya jadi alumni tahun 2001 dan wisuda ISID (sekarang UNIDA) tahun 2006, ayah saya bilang “kmu harus mondok lagi karena lulus dari Gontor kamu masih sombong.” Padahal, rasa-rasanya saya tidak merasa ujub; bangga diri, merasa hebat, sombong ketika itu. Akhirnya saya mondok lagi di pondok salafi 2 tahun belajar kitab hikam karya Ibnu Athoilah, mungkin untuk mengikis “ilmu yahanu” tadi. Memang… Kalau pun dalam diri kita ada penyakit hati, ujub; Bangga, Merasa hebat, Sombong. Kita tidak jarang menyadrinya, tp justru orang lainlah yang menyadarinya.

Advertisement