Advertisement
Advertisement
Mungkin kita sudah sering mendengar ada sebuah hadits yang berbunyi 9 dari 10 pintu rizki adalah perdagangan. Terlepas hadits tersebut hadist dhaif atau lemah, tapi dalam tulisan ini saya ingin membandingkan antara saya dan kedua saudari saya, mereka berdua mempunyai toko.
Toko kakak saya cukup besar menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat, kecuali makanan dan bahan bangunan, pembeli atau pelanggannya bahkan ada dari luar kecamatan.
Toko adik saya dekat dengan sekolahan, walaupun kecil tapi hasilnya lumayan. Adik saya juga bekerja sebagai bendahara desa yang gajinya sekitar 2 jutaan.
Sementara saya hanya guru honorer di sekolah swasta selama 10 tahun. 6 hari kerja semua saya gunakan untuk mengajar dan hanya menghasilkan kurang dari 1 juta, dan 2 tahun terakhir saya diangkat menjadi Kepala Sekolah SMP Swasta di sebuah Yayasan dan hanya menghasilkan 1,5 juta.
Seminggu yang lalu kakak saya menyuruh saya untuk menjaga tokonya, sehari saja hari jum`at, karena dia dan suaminya mau daftar haji, jadi sayang kalau toko harus ditutup. Karena libur sekolah juga adanya pandemi covid 19 maka saya sanggupi.
Hari jumat bisa dibilang sepi bila dibanding hari-hari yang lain. Saya semangat melayani pembeli dari pagi hingga isya. Setelah tutup, uang terkumpul sekitar 6 jutaan. Kalaulah mengambil keuntungan 10 persen maka sehari dapat 600 ribu. Estimasi pendapatan toko kakak saya sekitar 18 hingga 25 juta perbulan.
Memang, kakak saya untuk mempunyai toko sebesar itu butuh perjuangan yang luar biasa, tidak instan, butuh 15 tahun untuk mewujudkannya. Karena sudah berbagai bidang usaha dicoba semenjak ia menikah tahun 1994, seperti warung klontongan, bikin comet, jenis makanan dari singkong, jualan mentimun dari kebun sendiri, buka gergaji grandong dan lain-lain. Namun semua jenis usaha tadi belum ada yang cocok, hingga akhirnya membuka toko meubel dan berbagai jenis kebutuhan masyarakat, kecuali makanan dan bahan bangunan, dari mulai harga seribu hingga jutaan.
Dari perjalanan 15 tahun membangun usaha kakak saya belajar dari pengalaman dan mendapat ilmu. Secara ekonomi saya kira kakak saya sudah mapan atau stabil. Anda bisa bayangkan, harus menunggu 17 bulan buat saya untuk mendapatkan uang 25 juta, sementara kakak saya cukup 1 bulan saja. Orang bilang rezeki bukan cuma uang atau harta, tapi kesehatan, anak soleh dll. Itu betul, tapi dengan uang semua jadi mudah. Kita mau bepergian, kita mau berobat, kita mau menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan yang berkualitas, kita mau bantu tetengga yang kurang mampu, semuanya jadi mudah.
Dari sini saya bisa melihat begitu banyak, begitu lebar pintu rezeki dari perdagangan. Bagaimana menurut kawan-kawan semua??
Advertisement