Pada suatu hari ada pesan WhatsApp masuk, ternyata kawan saya yang dulu sama-sama ngajar dengan saya di bawah sebuah yayasan, tapi sekarang ini tidak lagi karena saya sudah mengundurkan diri dari yayasan tersebut kira-kira 5 tahun yang lalu. Segera saya buka isi pesannya, ternyata kawan meminta saya untuk menjadi penerjemah.
Ketika itu kawan saya sedang berkomunikasi dengan seorang donatur dari qatar. Kawan saya ini sedang membangun masjid di kampungnya namun karena kekurangan dana sehingga masjid tak kunjung selesai. Nah.. donatur dari qatar ini bersedia membantu menyelesaikan pembangunan masjid ini. Namun karena komunikasi terkendala bahasa, maka kawan saya ini meminta saya untuk jadi penerjemah. Padahal kawan saya ini juga lulusan pesantren, lama juga ngajar bahasa arab. Saya bilang tinggal ajak ngobrol aja pake bahasa arab. Dia bilang gk bisa karena tidak terbiasa berkomunikasi dengan bahasa arab.. atau berbahasa arab aktif. Pernah juga video call-an, tapi tetep gak ngerti. Donatur dari qatar ini ternyata bekerja di kedubes qatar untuk Amerika, akhirnya komunikasi beralih ke bahasa inggris. Saya bilang gampang sekali menerjemahkan pakai google translate saja. Kawan saya tetap gak mau, karena hasil mesin, terkadang berbeda dengan yang kita maksud. Akhirnya saya bersedia jadi penerjemah dan alhamdulliah semua berjalan lancar, dananya cair benerapa kali, dan masjid pun selsesai. Lima bulan setelah pembangunan masjid selesai, saya kembali dihubungi kawan saya lagi untuk jadi penerjemah kembali untuk pembangunan madrasah diniyah untuk donatur yang sama dan alhamdulilah pembangunan madrasah pun selesai.
Dari kisah ini kita bisa melihat pentingnya menguasai bahasa asing, paling tidak bahasa arab dan inggris atau berbahasa arab atau inggris secara aktif.
