Advertisement
Advertisement
BELAJAR BAHASA =
BELAJAR BUDAYA
Ketika saya
nyantri di Gontor, di sana ada bagian BERLIN (Bersih Lingkungan), yang tugasnya
bertanggungjawab atas bersih
tidaknya lingkungan Pondok. Di setiap sudut Pondok bagian BERLIN
menuliskan kalimat-kalimat anjuran untuk
menjaga kebersihan, seperti “buanglah
sampah pada tempatnya, kebersihan bagian dari iman, jagalah kebersihan” dan
lain-lain. Dan tentunya
dengan bahasa resmi arab atau inggris.
Di tempat-tempat
yang mudah kotor berlin menuliskan
kalimat KEEP CLEANLINESS, yang artinya dalam bahasa Indonesia jagalah
kebersihan. saya cari di kamus atau menggunakan
search engine di internet untuk mencari apakah ada ungkapan keep cleanliness
yang dalam ungkapan indonesianya adalah jagalah kebersihan. Tapi ternyata saya
tidak menemukan ungkapan tersebut. Yang ada adalah KEEP CLEAN yang dalam
ungkapan indonesianya kurang lebih jagalah kebersihan. Kalau keep cleanliness
menurut saya itu ungkapan Indonesia yang diinggriskan.
Di daerah saya, Tasik
Selatan banyak petani gula merah (gula kelapa/aren). Saya menemukan kalimat di
bak truk milik Bandar gula
merah. Di sana tertulis RED SUGAR
SUPPLIER (Pemasok Gula Merah). Saya pun coba cari diinternet atau pun di kamus
apa inggrisnya gula merah. Ternyata yang saya temukan bukan red sugar tapi
brown sugar, kerena orang inggris untuk gula merah mereka menyebunya brown
sugar. Kalau red sugar itu ungkapan
Indonesia yang diingriskan. Gula = sugar, merah = red, maka jadilah RED SUGAR.
Sama, ketika orang Indonesia pergi ke
Australia. Ada orang Indonesia ngantri di warung kopi. Ketika datang gilirannya
si kasir bilang “ next please, black tea or white?” orang Indonesia bingung, teh hitam atau teh putih. Karena di Indonesia belum pernah mendengar teh hitam atau pun teh putih. Tapi karena
dalam antrian, masih ada yang nunggu di belakangnya, akhirnya dia milih black
tea. Ternyata dalam budaya Australia itu yang dimaksud dengan black tea adalah
teh tanpa campuran apa-apa, teh pahit kalau orang Indonesia/sunda. Dan white
tea artinya teh yang dicampur susu.
Jadi, belajar bahasa adalah
belajar budaya sekaligus. sehingga kita bisa menemukan ungkapan
atau padanan kata yang sesuai. Tidak ungkapan indoneia yang diinggriskan,
seperti kebanyakan buku-buku pelajaran bahasa inggris yang ada di
sekolah-sekolah di indonesia. Tapi alhamdulillah bagi sekolah yang mengadakan
kemitraan dengan Australia (AUSAID), saya lihat buku-buku bahasa inggrisnya didatangkan
langsung dari Australia.
Advertisement