“Jika anda ingin beribadah sebanyak-banyaknya datanglah ke Mekkah. Jika anda ingin ilmu sebanyak-banyaknya datanglah ke Mesir. Jika anda ingin pendidikan sebanyak-banyaknya datanglah ke Gontor,”

GONTOR, BAHASA DAN KECERDASAN

Advertisement
Advertisement



GONTOR, BAHASA DAN KECERDASAN

Di Gontor, kelas menunjukan kecerdasan seseorang. Kelas paling tinggi adalah kelas B. disusul kemudian kelas C, D E dan seterusnya. Kelas yang diduduki adalah hasil (nilai) ujian tingkat sebelumnya. Dan kemampuan berbahasa (arab/inggris) mereka yang duduk di kelas B sangat berbeda jauh dengan mereka yang duduk di ashfala safiliin (kelas bawah). Mereka yang duduk di kelas B, guru menerangkan pelajaran satu kali saja, mereka insyaAllah sudah langsung mengerti. Konon katanya bahkan sebelum guru menerangkan pun mereka sudah faham, terutama untuk mata pelajaran yang berbahasa arab/inggris, karena mereka punya kemampuan berbahasa yang bagus.

Sementara kelas yang pernah saya duduki sewaktu di gontor dulu, kelas 1 W, kelas paling akhir, dan itu sesuai dengan nilai seleksi awal masuk. Kemudian setelah satu bulan saya ikut kelas intensif (dudu kelas eksperimen) dan duduk di kelas 1 intensif I. Kemudian 3 intensif K, 5 N dan terakhir 6 I. Mungkin saya termasuk kelas menengah karena kelas-kelas yang pernah saya duduki masih ada beberapa kelas berikutnya.
Ketika hari Ahad biasa ada World Boxing di TVone. Kira-kira pertengahan oktober 2015 akan ada pertandingan partai tambahan. Kata analis tinjungnya bahwa si penantang pada pertandingan ini adalah seorang yang cerdas, ini bisa dilihat dari kemampuannya berbahasa asing, dia menguasai tiga bahasa asing. Sementara si pemegang sabuk lebih cerdas lagi karena dia menguasai lima bahasa asing. Jadi kemampuan menguasai bahasa asing itu bisa menunjukan kecerdasan seseorang.

Demikian juga seperti yang saya baca di sebuah situs bahwa syarat paling penting menjadi seorang intelijen (BIN) haruslah cerdas.  Jika tak percaya anggota BIN harus cerdas, coba cari nama gadis bernama Gayatri Wailisa. Percaya atau tidak, Gayatri menguasai sekitar 13 bahasa, dan faktanya penguasaan perbendaharaan bahasa adalah ciri-ciri orang cerdas. Bahkan angka 13 bahasa bisa dibilang super jenius.

Ketika saya masih kuliah kira-kira tahun 2003-an, saya membaca buku biografi presiden pertama kita, Bung Karno, buku terbitan tahun 70-an, yang warna kertasnya sudah menguning, yang kalau kita membukanya tidak hati-hati bisa robek, dengan ejaan sebelum EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), di situ disebutkan bahwa Bung Karno hafal ratusan bahasa asing. Ratusan??? Ya ratusan. Di Kebun Raya Bogor ada ratusan jenis tanaman. Bung Karno tidak hanya hafal jenis tanaman tersebut, tapi hafal berikut nama latinnya, subhanallah. Jadi betapa sangat cerdasnya Bung Karno ini. Mungkin tidak akan ada lagi presiden seperti (sehebat) Bung Karno? Dan masih dalam buku biografi bung karno, dalam kepercayaan masyarakat jawa bahwa barang siapa yang dilahirkan di waktu fajar, maka dia akan jadi orang hebat. Ternyata benar, bung Karno dilahirkan di waktu fajar dan menjadi orang nomor 1 pertama di Indonesia. Saya pernah melihat seorang pemuda memakai kaos bergambar Bung Karno di bawahnya tertulis kalimat “PUTRA SANG FAJAR”

Advertisement