Advertisement
Advertisement
Ada beberapa komoditas yang menjadi penggerak ekonomi masyarakat cikalong, khususnya bagi yang tinggal di daerah pesisir. Di antaranya gula merah (gula kelapa), daun pandan dan sapu lidi.
Gula Merah
Gula merah atau gula kelapa menjadi komoditas unggulan di daerah pesisir. Seperti di kecamatan Cikalong Tasikmalaya, gula merah mampu mendongkrak ekonomi masyarakat. Karena 60 - 70 % masyarakat Cikalong yang tinggal di pesisir menjadi petani gula. Mereka bisa membangun rumah, beli kendaraan dan lain sebagainya hasil dari penjualan gula merah.
Baca juga : PANTAI KARANG TAWULAN, TASIKMALAYA
Saya bisa melihat usaha cuci steam mobil dan motor, penjual mi bakso, pedagang sayuran di pasar dan lain-lain, sepi pembeli ketika harga gula sedang turun. Berbeda ketika harga gula naik. Usaha cuci motor mobil jadi ramai, karena petani gula setelah selesai menyadap nira kelapa mereka akan mencuci motornya, penjual mi bakso akan segera habis dagangannya, penjual sayuran di pasar pun demikian. Tentu ketika gula harganya murah mereka berpikir dari pada uangnya untuk cuci motor, beli bakso atau belanja sayuran di pasar tentu lebih baik untuk membeli beras.
Pandan Laut
Pandan laut banyak tumbuh di daerah pesisir. Bagi sebagian besar masyarakat Cikalong Pandan laut ini di ambil daunnya untuk dijadikan bahan dasar anyaman. Dulu pandan laut ini tumbuh liar di sekitar pantai. Namun sejak tahun 2000, masyarakat Cikalong berlomba mulai membudidayakannya karena mempunyai nilai ekonomi. Mereka mengambil dari pesisir dan kemudian ditanam di kebun, di sela-sela pohon kelapa atau di sela-sela pohon albiso. Sehingga dalam beberapa tahun kemudian hampir di setiap kebun ada tanaman pandan lautnya dan pada akhirnya harga daun pandan jadi murah karena barang melimpah. Akibatnya masyarakat menganggap tanaman pandan laut ini tanaman yang sia-sia, karena harganya tidak sebanding dengan tenaga yang dihabiskan dalam merawat pandan laut ini. oleh karena itu masyarakat membasminya, membuangnya dan membakarnya.
Tahun 2018 ini permintaan daun pandan laut kering sedang tinggi sementara tanaman pandan laut di Cikalong sudah mulai langka, sehingga tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Maka dari itu para bandar/pengepul mulai menjelajah ke daerah barat, Garut bahkan Cianjur membawa beberapa orang pekerja untuk memanen daun pandan di daerah barat yang masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Garut dan Cianjur selatan. Mereka bahkan biasa menginap 2-3 hari.
Sapu Lidi
Selain gula merah dan pandan laut, sapu lidi juga mempunyai nilai ekonomi. Seorang pengepul di kampung saya bisa mengumpulkan 20 ribu hingga 30 ribu ikat dalam seminggu. Dulu sapu lidi hanya dijadikan sapu saja, sehingga nilai ekonomimya kecil. Berbeda dengan sekarang ini sapu lidi dengan sentuhan tangan-tangan kreatif bisa menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Umpamanya dibuat piring sapu lidi. Dulu ketika hajatan di kampung, para tamu undangan makan menggunakan piring plastik atau piring kaca yang mana ketika para tamu selesai makan maka harus dicuci bersih sebelum digunakan lagi dan pasti memakan waktu. Namun saat ini jaman sudah berubah, di setiap hajatan para tamu makan menggunakan piring berbahan dasar sapu lidi dan tidak harus dicuci terlebih dahulu, tetapi cukup dengan mengganti alas nasinya dengan yang baru, sehingga bisa menghemat lebih banyak waktu.
Gula Merah
Gula merah atau gula kelapa menjadi komoditas unggulan di daerah pesisir. Seperti di kecamatan Cikalong Tasikmalaya, gula merah mampu mendongkrak ekonomi masyarakat. Karena 60 - 70 % masyarakat Cikalong yang tinggal di pesisir menjadi petani gula. Mereka bisa membangun rumah, beli kendaraan dan lain sebagainya hasil dari penjualan gula merah.
Baca juga : PANTAI KARANG TAWULAN, TASIKMALAYA
Saya bisa melihat usaha cuci steam mobil dan motor, penjual mi bakso, pedagang sayuran di pasar dan lain-lain, sepi pembeli ketika harga gula sedang turun. Berbeda ketika harga gula naik. Usaha cuci motor mobil jadi ramai, karena petani gula setelah selesai menyadap nira kelapa mereka akan mencuci motornya, penjual mi bakso akan segera habis dagangannya, penjual sayuran di pasar pun demikian. Tentu ketika gula harganya murah mereka berpikir dari pada uangnya untuk cuci motor, beli bakso atau belanja sayuran di pasar tentu lebih baik untuk membeli beras.
Pandan Laut
Pandan laut banyak tumbuh di daerah pesisir. Bagi sebagian besar masyarakat Cikalong Pandan laut ini di ambil daunnya untuk dijadikan bahan dasar anyaman. Dulu pandan laut ini tumbuh liar di sekitar pantai. Namun sejak tahun 2000, masyarakat Cikalong berlomba mulai membudidayakannya karena mempunyai nilai ekonomi. Mereka mengambil dari pesisir dan kemudian ditanam di kebun, di sela-sela pohon kelapa atau di sela-sela pohon albiso. Sehingga dalam beberapa tahun kemudian hampir di setiap kebun ada tanaman pandan lautnya dan pada akhirnya harga daun pandan jadi murah karena barang melimpah. Akibatnya masyarakat menganggap tanaman pandan laut ini tanaman yang sia-sia, karena harganya tidak sebanding dengan tenaga yang dihabiskan dalam merawat pandan laut ini. oleh karena itu masyarakat membasminya, membuangnya dan membakarnya.
Tahun 2018 ini permintaan daun pandan laut kering sedang tinggi sementara tanaman pandan laut di Cikalong sudah mulai langka, sehingga tidak bisa memenuhi permintaan pasar. Maka dari itu para bandar/pengepul mulai menjelajah ke daerah barat, Garut bahkan Cianjur membawa beberapa orang pekerja untuk memanen daun pandan di daerah barat yang masih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Garut dan Cianjur selatan. Mereka bahkan biasa menginap 2-3 hari.
Sapu Lidi
Selain gula merah dan pandan laut, sapu lidi juga mempunyai nilai ekonomi. Seorang pengepul di kampung saya bisa mengumpulkan 20 ribu hingga 30 ribu ikat dalam seminggu. Dulu sapu lidi hanya dijadikan sapu saja, sehingga nilai ekonomimya kecil. Berbeda dengan sekarang ini sapu lidi dengan sentuhan tangan-tangan kreatif bisa menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Umpamanya dibuat piring sapu lidi. Dulu ketika hajatan di kampung, para tamu undangan makan menggunakan piring plastik atau piring kaca yang mana ketika para tamu selesai makan maka harus dicuci bersih sebelum digunakan lagi dan pasti memakan waktu. Namun saat ini jaman sudah berubah, di setiap hajatan para tamu makan menggunakan piring berbahan dasar sapu lidi dan tidak harus dicuci terlebih dahulu, tetapi cukup dengan mengganti alas nasinya dengan yang baru, sehingga bisa menghemat lebih banyak waktu.
Advertisement