“Jika anda ingin beribadah sebanyak-banyaknya datanglah ke Mekkah. Jika anda ingin ilmu sebanyak-banyaknya datanglah ke Mesir. Jika anda ingin pendidikan sebanyak-banyaknya datanglah ke Gontor,”

Guru Bahasa Harus Bawa Kamus

Advertisement
Advertisement
Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas, "kamus adalah sejenis buku rujukan yang menerangkan makna kata-kata. Ia berfungsi untuk membantu seseorang mengenal perkataan baru. Selain menerangkan maksud kata, kamus juga mungkin mempunyai pedoman sebutan, asal usul (etimologi) sesuatu perkataan dan juga contoh penggunaan bagi sesuatu perkataan."
Untuk itu bagi yang ingin belajar bahasa, memiliki kamus adalah sebuah keharusan. Kamus seperti halnya cangkul/pacul, ketika kita hendak mencangkul di sawah, tapi cangkulnya ketinggalan, Kira-kira nyangkulnya jadi apa tidak? Pasti tidak.

Baca juga : MC TIGA BAHASA (ARAB, INGGRIS, INDONESIA)

Di Gontor, bagi guru bahasa, baik Bahasa Arab atau pun Bahasa Inggris, ketika mengajar wajib membawa kamus. Pak Imam Zarkasyi mengatakan bahwa jika guru bahasa, ketika mengajar tidak membawa kamus, maka bisa dikatakan guru yang sombong. Kenapa demikian, Karena guru juga manusia. Untuk menjaga kalau-kalau suatu ketika guru lupa atau guru menemukan kata yang ia tidak tahu.
Saat ini pun ketika saya mengajar selalu membawa kamus supaya tidak menjadi guru yang sombong. Walaupun demikian ternyata murid-murid menganggap sebaliknya. Saya dibilang guru sombong, setiap masuk kelas selalu nenteng, pamer kamus yang tebal-tebal, semacam kamus yang ditulis oleh John M. Echol dan Hasan Sadili, kamus Arab-Indonesia Al-bisri. Belum lagi kamus Al-munjid setebal bantal, yang biasa dipakai tidur ketika istirahat oleh oknum santri Gontor (jangan ditiru). Oleh karena itu saya terangkan kepada murid-murid bahwa saya membawa kamus bukan untuk pamer, bukan untuk menyombongkan diri, tapi bahwa guru juga manusia tempatnya salah dan lupa, maka di Gontor, pesan Pak Imam Zarkasyi, bagi guru bahasa ketika mengajar wajib membawa kamus.

Advertisement