Advertisement
Advertisement
DEBAT CAPRES DAN CAWAPRES ALUMNI
GONTOR
Menjelang pilpres
tahun 2019 ada wacana atau usulan debat capres dan cawapres menggunakan bahasa
inggris untuk mengukur sejauh mana kemampuan capres/cawapres dalam penguasaan
bahasa inggris. Dan Kemampuan berbahasa Inggris seorang pemimpin atau kepala
negara penting untuk menjaga dan meningkatkan wibawa bangsa Indonesia di kancah
internasional.
Tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengusulkan
bahwa Debat calon presiden dan wakil presiden dilakukan dengan menggunakan bahasa Inggris dan tim Joko Widodo-Ma'ruf
Amin menolak. Tim Prabowo
Subianto-Sandiaga Uno mengusulkan ini mungkin karena merupakan “kelemahan” tim Joko
Widodo-Ma'ruf Amin. Tim Joko Widodo-Ma'ruf
Amin pun akhirnya mengusulkan debat menggunakan bahasa arab karena mungkin
merupakan “kelemahan” dari tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Baca juga : NUSRON (WAHID) CAWAPRES JOKOWI
Baca juga : NUSRON (WAHID) CAWAPRES JOKOWI
Saya membayangkan seandainya beliau-beliau ini
khirrijul ma’had (alumni pesantren) Gontor khususnya, maka debat dengan
menggunakan dua bahasa asing, inggris-arab, ini akan terlaksana. Kenapa, karena
santri-santri Pondok Modern Gontor khususnya, umumnya seluruh pesantren
(alumni) di seluruh indonesia yang menggunakan sistem yang sama seperti Gontor sudah
terbiasa ngobrol dengan bahasa inggris dan arab baik dalam diskusi maupun dalam
aktivitas sehari-hari. Dan mungkin akan menjadi “lucu” ketika dalam diskusi
keluar bahasa inggris gontory dan bahasa arab gontory, yang mana “la
yafhamuha illa gontoriyun,” tidak ada yang mememahaminya (orang arab)
kecuali orang Gontor. Seperti “ra’yuka goeru jiddan,” idemu gak banget,
dan seterusnya.
Advertisement