“Jika anda ingin beribadah sebanyak-banyaknya datanglah ke Mekkah. Jika anda ingin ilmu sebanyak-banyaknya datanglah ke Mesir. Jika anda ingin pendidikan sebanyak-banyaknya datanglah ke Gontor,”

GONTOR, ISID DAN SEPAK BOLA

Advertisement
Advertisement


GONTOR, ISID DAN SEPAK BOLA
Sepak bola adalah olah raga paling populer di dunia, begitu juga di Gontor. Di mana ada Gontor dibangun, maka lapangan adalah fasilitas yang wajib ada. Karena lapangan adalah tempat untuk mengadakan berbagai kegiatan yang ada di  pondok. Seperti Khutbatul ‘Arsy, upacara bendera, porseni, olah raga dll. Maka dari itu salah satu wasiat pak Kiai Hasan bila ada santrinya yang ingin membuka pesantren (putra), yang harus pertama dipikirkan adalah lapangan bolanya. Sebab shalat bisa di lapangan, sedangkan main bola tak mungkin di masjid. Sedangkan kalau mau buat pesantren putri yang pertama dibangun adalah pagarnya.


Salah satu wasiat fenomenalnya bila ada santrinya yang ingin membuka pesantren, "Kalau mau buat pesantren (putra), yang harus pertama harus difikirkan adalah lapangan bolanya. Sebab sholat bisa di lapangan, sedangkan main bola tak mungkin di masjid. Sedangkan kalau mau buat pesantren putri, yang pertama dibangun adalah pagarnya."

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amamasei/peresmian-stadion-gontor-bersama-lailul-messi_5746c11b42afbdce1c421eac
Salah satu wasiat fenomenalnya bila ada santrinya yang ingin membuka pesantren, "Kalau mau buat pesantren (putra), yang harus pertama harus difikirkan adalah lapangan bolanya. Sebab sholat bisa di lapangan, sedangkan main bola tak mungkin di masjid. Sedangkan kalau mau buat pesantren putri, yang pertama dibangun adalah pagarnya."

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amamasei/peresmian-stadion-gontor-bersama-lailul-messi_5746c11b42afbdce1c421eac
Salah satu wasiat fenomenalnya bila ada santrinya yang ingin membuka pesantren, "Kalau mau buat pesantren (putra), yang harus pertama harus difikirkan adalah lapangan bolanya. Sebab sholat bisa di lapangan, sedangkan main bola tak mungkin di masjid. Sedangkan kalau mau buat pesantren putri, yang pertama dibangun adalah pagarnya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amamasei/peresmian-stadion-gontor-bersama-lailul-messi_5746c11b42afbdce1c421eac
Salah satu wasiat fenomenalnya bila ada santrinya yang ingin membuka pesantren, "Kalau mau buat pesantren (putra), yang harus pertama harus difikirkan adalah lapangan bolanya. Sebab sholat bisa di lapangan, sedangkan main bola tak mungkin di masjid. Sedangkan kalau mau buat pesantren putri, yang pertama dibangun adalah pagarnya

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/amamasei/peresmian-stadion-gontor-bersama-lailul-messi_5746c11b42afbdce1c421eac
Di ISID (siman) juga sebagai salah satu lembaga yang berada di bawah Badan Wakap Pondok Modern  Gontor, memiliki lapangan. Di mana para mahasiswa bermain bola setiap hari. Tiap sore para mahasiswa bermain sepak bola tidak kenal cuaca. Mau cuaca cerah ataupun hujan, mau lapangannya kering ataupun becek. Dan sepak bola inilah yang membuat saya betah di ISID. 

Baca juga : TIDAK NAIK KELAS DI GONTOR

Kehidupan di kampus ISID tentu berbeda dengan kehidupan santri di Gontor. di ISID sedikit lebih longgar sementara di Gontor disiplin tinggi (ketat). Di ISID berbahasa resmi (arab-inggris) tidak wajib, tapi dianjurkan untuk berkomunikasi dengan dua bahasa tersebut. Karena sudah terbiasa sewaktu jadi santri, mereka hampir selalu berkomunikasi dengan kedua bahasa, arab-inggris. Di (asrama) kampus ISID disediakan TV sehingga para  mahasiswa bisa nonton kapan saja asalkan tidak mengganggu kegiatan kampus. Maka pada masa  awal-awal di ISID inilah saya mulai mengenal liga-liga terbaik dunia, seperti liga inggris, liga spanyol, liga itali dll. Liga inggris biasa nya tayang lebih awal, sementara liga-liga yang lain tayang dini hari, sekitar jam satuan. Apalagi liga champion tayang menjelang subuh. Sehingga banyak mahasiswa tidak ikut shalat berjamaah subuh, karena ngantuk  dan membuat (dosen) pengasuh mahasiswa “murka”. Akhirnya pengasuh mengeluarkan aturan jam 10 tv harus dimatikan. Namanya juga mahasiswa, walaupun ada aturan seperti itu, nonton tv berjalan seperti biasa, apalagi kalau sudah musim liga champion. Sering mahasiswa kucing kucingan dengan dosen pengasuh karena kedapatan nonton tv larut malam karena nonton bola.
Setelah beberapa lama nonton liga inggris akhirnya ARSENAL jadi klub favorite saya. Puncaknya, arsenal juara liga musim 2013-2014 tanpa kekalahan, yang mana waktu itu arsenal dihuni pemain top dunia seperti Thiery henry, Robert pires, Patrik viera dll.


Apa yang saya lihat di tv, bagaimana orang lain bermain bola dengan indah, saya pun ingin meniru mereka, ingin mempraktekannya di lapangan. Jujur, saya tidak bisa bermain bola, hanya sekedar suka. Akhirnya saya coba ikut bermain bola bersama mahasiswa lain tiap sore. Main bola keroyokan, tanpa wasit,kalau ada pelanggaran “bi-adh-dhomir” aja, jadi wasitnya jamaatan.

Baca juga : GONTOR, BAHASA DAN SERTIFIKASI
Pertama saya coba jadi penjaga gawang. Tapi suatu ketika saya memblok tendangan keras hingga membuat jari saya bengkak. Akhirnya berhenti jadi kiper, Kemudian jadi bek. Di posisi ini pun saya tetap bermain buruk. Karena tiap main saya selalu gugup, nerves, demam panggung, merasa jadi pemain paling bodoh. Akhirnya sering kena “semprot”, dibentak-bentak pemain senior.
Kemudian saya pindah jadi winger, sayap kiri. Di posisi ini sedikit merasa nyaman. Seiring berjalannya waktu, saya banyak belajar bagaimana seharusnya bermain bola, pengalaman dan jam terbang sangat penting. Tidak lagi nerves, saya anggap diri saya paling pinter di lapangan. Kepercayaan diri saya tumbuh.
Saya pun mulai bisa mencetak gol,walaupun bukan seorang striker. Ternyata ada kepuasan tersendiri ketika bisa mencetak gol. Dan akhirnya hampir di tiap pertandingan selalu mencetak gol. Pernah suatu sore saya mencetak 6 gol dalam satu pertandingan.  Saya pun ikut klub sepak bola yang ada di kampus, yaitu duron.  Ketika ada turnamen di kampus nama saya selalu terpampang di deretan nama pencetak gol, walaupun bukan seorang striker, tapi winger. Saya juga pernah dilatih oleh mantan pemain PERSEPON Ponorogo,yang umurnya seumuran Robi Darwis(mantan pemain PERSIB).
Karena mungkin kawan-kawan mahasiswa melihat saya sering mencetak gol, maka ketika turmanen antar Fakultas saya ditempatkan di possisi striker, yang sebelumnya belum pernah saya bermain di posisi ini. Bisa ditebak saya tidak bisa mencetak satu gol pun, jadi striker mandul, akhirnya kembali lagi menjadi winger. 



Saya juga pernah dilatih eks pemain PERSEPON Ponorogo, lebih tepatnya pelatihan singkat, COACHING CLINIC yang di adakan kampus. Kadang di di akhir latihan kita adakan tanding dengan tim ISID FC, tim nasionalnya kampus, dengan durasi 2x15 menit. saya pun mencetak satu gol dan satu asist. tentu saya merasa bangga karena dilihat oleh pelatih. Pertandingan berakhir 2-0 dengan kekalahan tim ISID FC.

Baca juga : EMANG RIZKI GAK KEMANA
 
Sekarang, ketika saya sudah menikah disibukkan oleh pekerjaan untuk menghidupi keluarga, saya sudah jarang berolah raga, apalagi bermain sepak bola, hampir tidak pernah. Badan pun mulai gendut, perut buncit. Bermain bola setengah babak saja nafas saya sudah senen-kemis, tuur nyorodcod (lutut gemetar,) betis jadi paregel (pegal-pegal).
Saya bercerita sepak bola tidak ada maksud untuk berbangga diri, tapi untuk mengenang masa muda saya ketika masih di kampus, sebagai wujud kecintaan saya terhadap sepak bola. Sampai sekarang pun saya selalu berusaha nonton pertandingan sepak bola khususnya ARSENAL  dan PERSIB. Dan untuk setiap kemenangan ARSENAL saya sudah bernadzar saya sisihkan uang ke kotak amal masjid Rp 2.000-10.000. wujud syukur atas kemenangan klub favorit saya. Saya bermimpi, suatu saat ingin nonton ARSENAL  langsung di Emirates Stadium. Tapi akankah jadi nyata atau hanya sebuah UTOPHIA, sebuah mimpi yang tidak akan pernah jadi nyata
Saya sedih, di saat di negara lain sepak bola sudah menjadi industri, di Indonesia malah berjalan mundur, menuju kehancuran. Kapan Indonesia bisa tampil di piala dunia? Entahlah.


Advertisement