Advertisement
Advertisement
Gontor Putri 2 (GP2) November 2006
Ketika itu sehari
setelah wisuda sarjana S1 ISID, sekarang UNIDA, yang dilaksanakan di Gontor pusat Ponorogo, saya bersama kedua
orang tua pergi ke GP 2 untuk melihat-lihat. Karena beberapa bulan lagi adik
saya yang masih duduk di bangku SMP kelas 3 akan segera selesai. Di sana ramai
sekali, banyak tamu dari berbagai daerah di indonesia. Tempat parkir penuh
dengan kendaraan pribadi, bahkan ada yang gelar tenda di samping mobilnya.
Karena ruang tamu sudah tidak muat lagi menampung tamu yang begitu banyak. Para
tamu ini ada yang baru datang, ada yang sudah seminggu, bahkan ada yang sudah
berbulan-bulan demi untuk mendampingi anak-anak mereka, supaya krasan, supaya
betah demi mendapatkan pendidikan yang berkualitas.
Baca juga : Cerita Cinta Di Gontor (Gontor Love Story)
Baca juga : Cerita Cinta Di Gontor (Gontor Love Story)
Di depan ruang
tamu, para tamu juga ada yang gelar tikar, mereka duduk-duduk dibawah pohon,
sekedar ngobrol antara sesama tamu mengenai anak-anak mereka, dari mana asal,
cerita perjuangan mereka untuk sampai ke GP 2. Di antara para tamu yang
duduk-duduk gelar tikar di bawah pohon, ada seorang bapak kira-kira usia 45-50
tahunan, berpaikain sederhana, berkaos. Sepertinya bukan tamu dari jauh. Saya
coba ngobrol dengan bapak ini. Ternyata dia ini asli orang desa sana, rumahnya
tepat di depan GP2 sebrang jalan raya Solo – Surabaya, sedang nunggu anaknya
sudah lima hari belum ketemu-ketemu. Anaknya sudah kelas 5 di gp 1, dan sudah
jadi pengurus (mudabiroh), jadi kegiatannya padat hingga belum bisa menemui
bapaknya. Si bapak ini biasa bertemu anaknya di GP 2, karena antara GP 1 dan GP
2 ada jembatan penyebrangan. Dia bilang sudah keliling hampir seluruh jawa
timur nyari sekolah/pesantren yang berkualitas dan murah buat putrinya, tp dia tidak
menemukan. Ternyata hanya menemukan Gontor sekolah/pesantren dengan kualitas pendidikan
yang bagus dan juga murah.
Baca juga : Gontor NU Atau Muhammadiyah
Baca juga : Gontor NU Atau Muhammadiyah
Di sana juga saya
sempat ngobrol dengan alumni, seorang bapak usia 40 tahun. He look younger than
his age. Semula saya kira umurnya 30 tahun, asal jakarta dan ternyata
keponakannya satu angkatan dengan saya dulu tahun 2001. Saya tanya tips supaya
awet muda. Dia bilang jangan ambil pusing semua masalah atau urusan yang ada,
tapi hadapi dan selesaikan. Dia cerita setelah lulus dari Gontor mencoba untuk
melamar pekerjaan di daerahnya, di Jakarta. Melamar ke sebuah perusahaan
kontaktor dengan bermodalkan ijasah KMI Gontor. Ketika itu ada panggilan untuk
wawancara dengan menggunakan bahasa inggris. Tiba gilirannya diwawancarai.
Pewawancara bertanya apakah bener dia dari gontor. Si bapak menjawab dengan
yakin, dan percaya diri dengan menunjukan ijasah KMI Gontor. Akhirnya wawancara
tidak jadi pakai bahasa inggris malah ngobrol yang lain karena pewawancara
sudah yakin dengan kemampuan bahasa inggris lulusan Gontor. Esok harinya si
bapak ini bisa langsung bekerja. Dia bilang bahwa tempat mendarat heli yang
membawa presiden amerika, George W Bush, depan istana presiden, ketika itu pak
SBY, adalah perusahaan kontraktor di mana ia bekerja.
Advertisement