Advertisement
Advertisement
Tes masuk Gontor gampang-gampang
susah. Gampang bagi meraka yang dari pesantren alumni (Gontor) susah bagi
mereka yang bukan dari pesantren alumni, minim informasi (ketika itu). Beruntung
saya termasuk yang lulus walaupun bukan dari pesantren alumni. Saya duduk
dikelas 1 W, kelas terakhir hasil ujian seleksi. Kemudian mengikuti ujian untuk
kelas intensif bagi lulusan SMP. Alhamdulillah duduk di kelas 1 intensif I. Kemudian
tahun berikutnya duduk di kelas 3 intensif K, turun peringkat, 2 kelas. Kelas lima
N, makin menurun. Dan ujian untuk naik ke kelas 6 salah satu ujian terberat di Gontor
sehingga belajarnya harus sungguh-sungguh. Alhamdulilah kembali duduk di kelas
6 I seperti kelas satu dulu. Kelas I ini adalah kelas tertinggi yang pernah
saya duduki. Mereka yang punya otak encer sudah pasti duduk di kelas B, C D dan
sterusnya.
Baca juga : BANYAK CERITA DI GONTOR
Mungkin bagi sebagian santri,
kelas merupakan kebanggaan, buat saya tidak. Buat saya yang terpenting adalah
husnul khotimah, selalu naik kelas biarpun kelas bawah, lulus jadi alumni, jangan
sampai keluar dari Gontor karena tidak naik kelas, kabur, atau karena terkena
kasus dan diusir. Na’udzubillah.
Libur semester pertama saya sudah
berniat tidak akan balik lagi ke Gontor. Tapi kawan-kawan satu asrama,
teman-teman satu kamar menasihati saya supaya tetap di Gontor, ingat perjuangan
orang tua susah payah daftarkan kita ke Gontor. Dan anehnya kawan-kawan yang
menasihati saya justeru tidak sampai tamat di Gontor. Teman di kelas 5 N 40
orang, hanya sekitar 20 orang yang sampai alumni. Sisanya ada yang mengundurkan
diri, ada yang tidak naik kelas kemudian tidak melanjutkan. Ketika kelas 6
beberapa kawan saya ada yang terusir karena terkena kasus, padahal mereka duduk
nya di kelas tinggi, misal kelas B, C, D, juga hanya tinggal menunnggu
pengumuman kelulusan dalam beberapa hari kedepan. Bahkan dari cerita kakak
kelas saya ada yang diusir/dukeluarkan hari ini gara-gara kasus pencurian,
padahal besok pengumuman kelulusan, orang tua dan saudara-saudaranya datang
untuk menghadiri wisuda.
Maka saya bersyukur walaupun
duduk dikelas bawah, tapi saya lulus dengan husnul khotimah, bahkan sampai
wisuda di ISID/UNIDA, yang mana dulu saya berniat di Gontor cukup satu semester
saja.
Advertisement